Gerakan Kecil Berdampak Besar: Giat Konservasi Penyu Pokdarwis Sari Segara Kesiman

Pasuara
Tukik

Oleh Putu Oka Suyasa

Foto: Tukik (anakan penyu) yanga akan dilepasliarkan di Pantai Biaung, Kesiman, Denpasar Timur (Peradah Bali).

Penyunting: Kurnia Dewi

========================

Pada tanggal 4 Agustus 2024, Dewan Pimpinan Provinsi Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia Provinsi Bali (DPP Peradah Indonesia Bali) melaksanakan kegiatan pelepasliaran tukik (anakan penyu) di Pantai Biaung, Kesiman, Denpasar Timur. Kegiatan yang tepat dilaksanakan saat Tilem itu digelar sebagai pamungkas kegiatan Diklat Advokasi Nasional Peradah Indonesia yang dilaksanakan di Bali.

Ketua DPP Peradah Indonesia Bali, Putu Eka Mahardhika mengatakan pelepasliaran tukik ke alam bebas merupakan praktik simbolis Peradah Indonesia Bali dalam menjaga kelestarian alam. Telah diketahui bahwa penyu adalah salah satu binatang dilindungi yang dari sisi kehidupan agama di Bali juga banyak digunakan untuk ritual.

Saya kebetulan ditugaskan menjadi koordinator dalam pelaksanaan program tersebut. Sebagai orang yang senang berkegiatan di alam bebas, saya sangat antusias melakukan kegiatan itu. Awalnya kami berencana melakukan pelepasliaran di Pulau Serangan, tapi setelah mendapat beberapa informasi, kegiatan akhirnya dialihkan ke Pantai Biaung.

Di Pantai Biaung, Kesiman konservasi penyu digalakkan oleh Pokmaswas Sari Segara Kesiaman. Tempat konservasi yang mereka miliki tidak luas, tetapi telah berisi puluhan tempat penetasan telur penyu menjadi tukik. Pada setiap lubang itu bisa berisi hingga lebih dari 50 telur penyu.

Ketua Pokmaswas Sari Segara Kesiman, I Made Bagus Mahayana, kepada saya bercerita bagaiama perjuangan mereka dari tahun 2019 melakukan giat-giat konservasi. Baru pada tahun 2022 mereka mendapat izin kegiatan secara resmi.

Kelompoknya terdiri dari 10 anggota dan relawan 2 orang. Selain konservasi penyu, mereka juga melakukan kegiatan-kegiatan edukasi untuk membuka pemahaman kepada masyarakat terhadap penyu. Wilayah konservasi kelompok Sari Segara berada di pantai Biaung sampai Pantai Lembeng. Sedangkan kelompok konservasi terdekat di antaranya TCEC di Serangan, Sanur Shindu Erawati. dan Sari Segara di Biaung.

Pantai Biaung dan sekitarnya merupakan tempat alami bagi penyu untuk bertelur. Jenis penyu yang sering bertelur di kawasan ini adalah jenis penyu Lekang. Tahun 2024 ini dinyatakan ada peningkatan sarang penyu yang ditemukan dibandingkan pada tahun 2023. Pada tahun 2023 pihaknya hanya berhasil mengkonservasi 251 sarang  penyu,  sedangkan sejak awal tahun hingga bulan Agustus 2024 sudah ada 333 sarang penyu yang mereka konservasi.

Konservasi penyu dikatakan susuah-susah gampang. Intervensi manusia dibutuhkan untuk memindahkan telur penyu dari pasir di sembarang tempat ke tempat konservasi. Sebab, dalam keadaan alami sangat banyak faktor pengancam keberhasilan telur penyu itu menetas, mulai dari aktivitas manusia hingga pemangsa alami seperti anjing. Aktivitas pariwisata di pantai disebut sebagai salah satu faktor yang merusak karena kepadatan pasir bertambah.

Telur-telur yang diselamatkan akan ditempatkan pad a lubang-lubang buatan. Telur-telur itu membutuhkan waktu sekitar 40 hari untuk bisa menetas. Setelah menetas, tukik-tukik itu akan ditempatkan pada wadah yang aman selama kurang lebih tiga hari sebelum dirilis ke alam bebas.

Mahayana, seperti juga kita saya dan sebagian dari anda yang cinta lingkungan, berharap penyu bisa lestari. Upaya yang dilakukan oleh Pokdarwis Sari Segara Kesiman adalah satu langkah nyata dalam upaya tersebut. Sebuah gerakan yadnya yang nyata untuk keseimbangan ekosistem.

Berita terkait