Menyunggi Anugerah Ida Bhatari: Sepenggal Prosesi Nyanjan di Desa Adat Let

Pakraman, Pasuara
Base lekesan.

Oleh Jero Mangku Andika Budi Utama**

Foto: Base lekesan yang menjadi media pemilihan jero mangku di Desa Adat Let (Jero Mangku Andika Budi Utama).

Penyunting: Carik Hulu

========================

Masyarakat Bali memiliki budaya yang kuat berkaitan dengan agama dan tradisi. Salah satunya adalah tradisi ngadegang atau nyanjan (menobatkan) seorang jero mangku atau pemangku, yakni tokoh agama dan adat di sebuah desa.

Belum lama ini Desa Adat Let, Tegalalang melaksanakan upacara ngadegang atau nyanjan untuk jero mangku di Pura Bale Agung desa setempat. Upacara itu dilakukan dengan memohon petunjuk dan jalan (pamargi) kepada Hyang Bhatari Sakti Dewi Danu di Pura Ulun Danu Batur. Setelaah disepakati bersema, proses pemilihan akan menggunakan media base lekesan yang bersaranakan piranti sirih yang digulung.

Setiap individu atau kelompok masyarakatar memiliki perbedaan dalam melakukan komunikasi dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, termasuk dalam hal nyanjan. Adapun nyanjan dengan media base lekesan adalah salah satu cara dari sejumlah cara yang tersedia dalam memilih seorang pamangku. Meskipun caranya beragam, pada hakikatnya setiap jalan yang dipilih bertujuan untuk mendekatkan diri dengan Tuhan. Jalan itu harus dilandasi dengan keyakinan (sradha) serta keikhlasan.

Masyarakat Hindu Bali memiliki tradisi budaya bertalian sangat kuat hingga sulit memisahkan antara agama dan tradisi budayanya. Masyarakat sangat patuh dan tulus ikhlas melaksanakan adat-istiadat dan budayanya. Bahkan, banyak di antaranya mengorbankan tenaga dan waktu untuk sebuah kepercayaan yang mereka yakini.

Teori ideologi budaya memandang dalam suatu kebudayaan terdapat suatu makna makna. Menurut Graham Murdock (1989), setiap kelompok masyarakat secara terus menerus terlibat dalam penciptaan sistem makna dan mewujudkan makna tersebut dalam bentuk-bentuk yang ekspresif dalam bentuk kegiatan sosial, dan dengan atas kepercayaan yang mereka anut akan mempentuk sebuah idiologi di dalam diri individu.

Prosesi nyanjan dengan base lekesan merupakan prosesi sakral melalui berbagai proses yang harus dilalui. Adapun prosesnya, Desa Adat Let pertama kali memohon petujuk kepada Bhatari Dewi Danu untuk memohon jalan melakukan prosesi pemilihan jero mangku. Sebelumnya pihak prajuru desa terlebih dahulu telah dilaksanakan rapat (pawilangan) dengan Kasinoman Desa Adat Batur serta Palinggih Jero Gede Batur sebagai Pangemong Pura Ulun Danu Batur. Diskusi itu menyepakati mekanisme dan proses yang harus mereka lalui dan siapkan dalam nyanjan.

Setelah disepakati mekanisme yang akan diterapkan, Desa Let melakukan penjaringan dengan memilih calon di masing masing keluarga dengan perwakilan satu orang per keluarga. Proses penjaringan itu kemudian menghasilkan 110 orang calon. Setelah itu, mereka melaksanakan serangkaian matur piuning (mohon izin). Prosesi nyanjan disepakati dilaksanakan pada Tilem Malasadha tahun Saka 1946 atau tanggal 6 Juli 2024.

Mendekati hari pelaksanaan nyanjan, Pangemong Pura Ulun Danu Batur, Palinggih Dane Jero Gede Batur dan pemangku di Batur menyiapkan base lekesan. Jumlah base lekesan disiapkan sejumlah yang dicalonkan, yakni 110 orang. Dari jumlah tersebut, ada satu base lekesan yang berisi tulisan sane kasudi ‘yang ditunjuk’ serta ditandatangani oleh Palinggih Dane Jero Gede Batur. Base lekesan inilah yang juga telah dimohonkan izin ke hadapan Ida Bhatari. Di sinilah semesta benar-benar bekerja.

Pada hari pelaksanaan, Desa Adat Let melakukan pamendak (menjemput) Ida Bhatari dari Pura Ulun Danu Batur menuju Desa Adat Let. Sebelumnya telah dilakukan prosesi pangodal Ida Bhatara Bhatari Sakti Batur yang diwujudkan dalam bentuk tapakan. Ida Bhatara Tapakan inilah yang kemudian di-pundut menuju Desa Adat Let serta diiringi oleh masyarakat Desa Adat Batur dan Desa Adat Let.

Ketika Bhatara Tapakan tiba di Desa Adat Let dilakukan bakti panyambleh dan prosesi lainnya. Setelah itu baru dilaksanakan proses pemilihan, di mana per orang dipanggil untuk mengambil base lekesan dan tidak ada satupun yang tahu pada tumpukan mana base lekesan yang berisi lingga tangan Jero Gede Batur itu berada. Kandidat pemangku Pura Desa Let yang berpartisipasi mengambil dengan penuh keyakinan.

Setelah beberapa waktu berjalan, akhirnya base lekesan dengan lingga tangan Jero Gede Batur diambil oleh kandidat terpilih. Pada saat itulah etmosfer spiritual tercipta, terlebih ketika kulkul ditabuh beriring dengan gong, kidung, dan lain-lain. Krama yang terpilih itu kemudian bersiap untuk menerima tugas menjadi seorang jan banggul.

Inilah sepenggal kisah panyanjan jero mangku di Desa Adat Let. Prosesi nyanjan dengan base lekesan ini adalah salah satu dari cara (epistimologi) prosesi nyanjan di Bali. Penulis dapat merasakan kentalnya prosesi sakral upacara ini, terlebih saat seorang masyarakat Desa Adat Let terpilih diiringi tepuk tangan dan suara duwe (kulkul) sebagai tanda Ida Bhatara telah menukan pangemong-Nya.

Berita terkait